Rabu, 25 November 2009

Great Toraja Land ( Eksoticsm Land )

TORAJA berasal dari kata to riaja, berarti orang dari dataran tinggi. Orang Toraja menyebut diri mereka to raya, orang besar turunan raja. Toraja memang identik dengan eksotisme alam pegunungan dan warisan kebudayaan megalitik yang menarik.



Nama resminya adalah Tana Toraja, Berjarak sekitar 350 kilometer sebelah utara Kota Makassar. Terletak di dataran tinggi Sulawesi Selatan bagian utara, tepatnya di jajaran pegunungan Kambuno dan Latimojong. Karena itu, pemandangan alam Toraja sangat memukau, bergunung-gunung, hijau, dan berhawa sejuk.

Toraja adalah salah satu ikon pariwisata Indonesia. Tahun 2008, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai satu dari 10 tujuan wisata unggulan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan Toraja sebagai motor pariwisata dengan program Toraja Lovely December. Unesco memasukkannya ke dalam daftar warisan budaya dunia.

Wisata Kebudayaan
Kebudayaan penduduk asli Toraja yang unik sangat dipengaruhi kepercayaan asli mereka dulu kala, yaitu Aluk To Dolo' yang bersifat animistis. Namun karena pemerintah Indonesia tidak mengakui animisme sebagai kepercayaan, penduduk Toraja sekarang memeluk Protestan 65.15 persen, Katolik 16.97 persen, sisanya Islam dan agama lain.

Kendati demikian, ada masyarakat Toraja yang masih mempertahankan sebagian ritual atau upacara adat warisan Aluk. Aluk To Dolo’ dan agama-agama "baru" yang mereka anut itu sedikit banyak mengalami akulturasi. Terutama dengan Protestan dan Katolik. Ritual adat itu digelar hampir sepanjang tahun.

Dalam kegembiraan atau kesedihan, masyarakat Toraja selalu menggelar upacara adat. Ada dua upacara besar yang menarik perhatian dunia pariwisata, yaitu upacara kematian (rambu solo) dan upacara kegembiraan (rambu tuka). Masyarakat Toraja juga dikenal dengan keramahtamahannya. Karena itulah mereka membuka tangan lebar-lebar mempersilakan wisatawan domestik maupun mancanegara menyaksikan ritual mereka.

Wisata Situs
Kekerabatan (kesatuan adat) dan tongkonan (rumah adat) adalah unsur terpenting dalam sistem sosial Toraja yang komunalistis. Atas nama kekerabatan, masyarakat Toraja membangun hubungan dengan kelompok lain. Setiap kekerabatan disimbolkan oleh keberadaan tongkonan.

Orang Toraja akan selalu dikenal dari tongkonan mana ia berasal. Dengan itu, ia merepresentasikan kekerabatannya. Seluruhnya ada 32 kekerabatan dan setiap kekerabatan memiliki strata sosialnya masing-masing. Strata sosial menentukan pola hubungan di antara mereka.

Masyarakat Toraja hidup subur dalam warisan tradisi megalitik. Kebudayaan megalitik di Asia diperkirakan hidup antara 1.500-1.200 tahun sebelum masehi. Dan masyarakat Toraja masih menjaga warisan megalitik itu sampai sekarang. Menhir atau megalit, dan kuburan di bukit cadas, dan tongkonan adalah bukti terjaganya kebudayaan itu.

Wisata Alam
Toraja merupakan daerah pegunungan, berbukit, dan berlembah. 40 persen dari total luas wilayahnya berada pada ketinggian antara 150 hingga 3.000 meter di atas permukaan laut. Karena itu seluruh wilayah Toraja berhawa sejuk dengan temperatur suhu antara 15-28 derajat celcius.

Pemandangannya menakjubkan. Panorama pegunungan, pohon-pohon yang rimbun, serta sungai-sungai jernih berliku mengalirkan air dari mata air yang murni. Sawah terasering membentang di lereng-lereng bukit. Menyejukkan mata. Di beberapa kerimbunan pohon tampak rumah-rumah tradisional berbentuk tongkonan.

Alam pegunungan itu, tanpa sentuhan pun, telah hadir sebagai keindahan yang luar biasa. Tak ada sejengkal pun wilayah di Toraja yang tak menghadirkan keindahan. Karena itu, seluruh wilayah Toraja hakikatnya adalah tempat wisata.

Kuliner
Salah satu hal juga yang membuat Toraja menarik adalah kopinya. Kopi Toraja terkenal dengan cita rasa dan aroma harumnya yang khas. Konon lebih keras dari kopi Sumatera dan Bali. Ada dua jenis kopi yang ditanam penduduk, robusta dan arabica. Kopi nikmat yang telah menyebar ke seantero dunia ini dapat dinikmati sepuasnya.

Hotel
Alam Toraja yang eksotis dan kebudayaan yang unik juga menjadi penawaran hotel-hotel di sana. Para pengelola hotel berlomba menghadirkan sesuatu yang "sepenuhnya" Toraja. Membuat kamar-kamar berarsitektur tongkonan, atau menghadirkan ornamen tradisional, dan "menjadi" Toraja dalam rengkuhan keindahan alam.

Banyak pilihan hotel di Toraja, dari hotel bintang empat sampai hotel kelas melati yang murah meriah. Hotel-hotel itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti restoran, bar, sajian hiburan dan kesenian Toraja, serta fasilitas olahraga.

Infrastruktur
Ada dua kota besar di Toraja, yaitu Makale dan Rantepao. Makale adalah Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja, karena itu berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Sedangkan Rantepao adalah pusat bisnis dan perdagangan. Kedua kota itu berada dalam jalur trans-Sulawesi yang menghubungkan Kota Makassar, Kota Parepare, dan Kota Palopo.

Tana Toraja memiliki sebuah bandar udara perintis bernama Bandara Pongtiku, nama pahlawan setempat. Terletak di Kecamatan Rantetayo. Memiliki landasan pacu beraspal dengan panjang 900 meter. Jaraknya sekitar 15 kilometer sebelah barat jalur trans-Sulawesi yang menghubungkan Makale dan Rantepao.

Toraja juga memiliki infrastruktur jalan yang baik. Sebagian besar adalah jalan beraspal hotmix. Jalan-jalan itu menghubungkan dua kota utama di sana dan menghubungkan dua kota itu dengan kota-kota kecamatan. Sayangnya, beberapa kota kecamatan yang terletak di dataran paling tinggi belum memiliki infrastruktur jalan yang baik.

Akses
Toraja dapat dicapai dengan dua cara, yaitu melalui udara dan darat. Melalui udara, tersedia pesawat perintis dari Makassar, dengan frekuensi penerbangan tiga kali seminggu. Operator pesawat adalah Dirgantara Air Service (DAS). Mengoperasikan pesawat Cassa berkapasitas 26 penumpang. Makassar-Toraja ditempuh dalam 60 menit.

Sementara perjalanan darat dapat ditempuh dari Kota Makassar dengan bus kelas ekonomi (tanpa AC) atau nonekonomi (dengan AC). Wisatawan dapat berangkat dari Terminal Daya atau pool-pool bus di dalam Kota Makassar. Ada pula mobil travel yang disediakan agen-agen perjalanan wisata. Perjalanan darat ditempuh dalam waktu 6-7 jam.

Perjalanan siang hari dengan jalur darat ke Toraja sungguh menyenangkan. Pemandangan pegunungan terhampar di kanan kiri jalan, berliku-liku di antara rindah pepohonan dan ketinggian. Sangat menawan. Membuat perjalanan tidaklah terlalu melelahkan.

Toraja tidaklah bisa cukup untuk diceritakan. Terlalu banyak hal menarik di sana yang tidak bisa dirangkum dalam kata-kata. Karena itu datanglah dan alamilah sendiri eksotisme Toraja.(*)

Sumber foto
www.pbase.com/lovelos/sulawesi

0 komentar:

Posting Komentar